Sumenep, Jatimrelasipublik.com – Program Prioritas 2023, Dinas Lingkungan Hidup ( DLH ) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, berencana membangun Pengelolaan sampah di Tempat Pemprosesan Akhir ( TPA ).
Program itu merupakan bentuk solusi untuk mengatasi sampah yang masuk perhari mencapai 30 ton, Sehinggga dilakukan penanganan dengan membangun pengelolaan sampah di TPA ( Tempat Pengelolaan Sampah Akhir)
” Intinya, Pihaknya akan melakukan penanganan sampah yang masuk hari ini harus habis hari ini juga,” Kata Arif Susanto Kepala Dinas Lingkungan Hidup ( DLH ) Kabupaten Sumenep saat di wawancara Media ini diruang kerjanya. Rabu, 11/1/2023
Menurut Arif Susanto, artinya pihaknya akan bangun pengolahan sampah di TPA untuk mengolah sampah yang 30 ton per hari dimulai dari yang bisa dipilih dipilah sampai resi dua akan habis semua.
Tetapi, apabila kurang akan diambil dari timbunan untuk mengurangi timbunan di TPAnya dan akan diolah menjadi beberapa olahan sampah berupa briket terus kita jual plastik – plastik yang selama ini tidak laku kita akan jual ke pihak ketiga.
Bahkan, Pihak ketiga juga akan menyediakan tempat di satu daerah yang akan dibuat sendal- sendal.
” Jelasnya, olahan sampah Briket dan Plastik – Plastik jika tidak laku akan di jual ke Pihak ketiga,” Tegasnya.
Lebih lanjut Arif memaparkan, terkait sampah organik yang dari sisa sayur, buah-buahan rencananya akan dijadikan pakan maggot ( Larva Lalat ) dan Lele di TPA.
Sebab, Program pengelolaan sampah ini mendekati proses peningkatan ekonomi dengan membutuhkan minimal 30 orang pekerja yang di bayar sesuai dengan UMK ( Upah Minimum Kabupaten/ Kota ).
Jadi, Maggod ( Larva Lalat ) juga butuh tenaga kerja yang akan diolah pihak ketiga yang akan menghasilkan. Tetapi, inovasi besar itu akan membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga DLH menyediakan anggaran sampai saat ini sekitar 1 Miliar.
Tentunya, persoalan itu dibandingkan dengan pihak ketiga yang menawar sekitar 2 M setahun dan kita tidak dapat apa – apa. Maka kita kelola sendiri agar dapat income ke Pendapatan Asli Daerah ( PAD ).
” Artinya, kita mengelola itu untuk menyumbang pendapatan daerah,” Ujar Arif, sapaan Akrab Mantan Camat Rubaru tersebut.
Selain itu, Pihak DLH akan membuat rumah Komposter sampah dengan MOU bersama pertanian antisipasi Overload. Mungkin, komposter itu bisa dibeli petani-petani dengan harga murah karena alat itu bisa mampu mengelola 30 ton perhari.
Jadi, untuk komposter 30 ton perhari itu masih butuh 20 ton lagi, sehingga kita akan mengambil tumpukan sampah dari dinosaurus.
” Membuat lebel itu mahal, jika akan menambah lebel timbunan lagi akan mencapai puluhan miliar. jadi saya tidak mau menambah uang sebanyak itu untuk kegiatan seperti ini, lebih baik dengan anggaran 1 M yang bersumber dari APBD kita olah dan mendapatkan hasil yang sama,”
Dia menambahkan, rencana pembangunan pengelolaan sampah itu di TPA Torbeng, karena ditempat itu jika butuh sampah tinggal ambil. Namun, jika tempat pengelolaan jauh dari sana akan butuh lagi Instalasi Pengolahan Air Limbah ( Ipal ).
” Harapan kita nantinya ada penyerapan tenaga kerja,” Pungkasnya.
( Noung daerah )